Siti Maimunah
Siti Maimunah lahir di Jember pada 8 Desember 1971. Ia merupakan aktivis Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan peneliti di Sajogyo Institute. Ia menjabat sebagai ketua pada institute tersebut pada tahun 2016-2018.
Pada tahun 2017 Maimunah terlibat dalam perhelatan KUPI dalam musyawarah keagamaan untuk tema lingkungan. Pada event tersebut Ia memberikan banyak informasi terkait isu lingkungan di Indonesia, dan dampaknya pada kehidupan manusia, khususnya perempuan.
Riwayat Hidup
Ia meraih gelar Sarjana Pertanian di Universitas Jember (UJ) pada tahun 1997. Pada tahun 2016, ia menyelesaikan jejang Pasca Sarjana di Universitas Indonesia (UI) pada Jurusan Kesejahteraan Sosial. Saat ini ia tengah menyelesaikan jenjang studi Ph.D di University of Passau Jerman sejak tahun 2018 tentang politik ekologi feminis.
Sejak remaja, Maimunah akrab dengan isu-isu lingkungan. Aktivitasnya di organisasi kampus Klub Pencinta Alam MAPENSA, dimana ia menjabat koordinator pada tahun 1993-1995, melatih kepekaan Maimunah dalam membaca isu-isu kerusakan alam. Terlebih ketika penambangan emas mulai merambah daerah kelahirannya, Jember, ia semakin intens mempelajari dampak kerusakan yang akan ditimbulkan. Ia menemukan fakta bahwa penambangan tersebut menyebabkan kerusakan kualitas air, lahan, bahkan dapat lebih jauh menyebabkan peningkatan angka kemiskinan.
Selain di organisasi MAPENSA, kecintaannya pada isu lingkungan juga ditempa di organisasi lain, misalnya, ia pernah menjabat Sekretaris Pusat Informasi Pecinta Alam (PIPA) Jawa Timur (1994 – 1995), Koordinator Nasional Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) (1996 – 1997), serta Fasilitator Lingkaran Belajar Persaudaraan Perempuan Nelayan Indonesia (PPNI) (2013-2014). Dalam catatan Maimunah, ketika PT. Aneka Tambang pada tahun 1999 mulai mengeksploitasi Taman Nasional Meru Betiri di Jawa Timur, ia menemukan dampak-dampak kerusakan lingkungan, pelanggaran hak asasi manusia, serta pemiskinan yang meningkat, bahkan perempuan di lokasi pertambangan memikul dampak yang lebih besar.
Dalam perjalanan advokasi yang dilakukan, Maimunah pernah terlibat pada aksi-aksi yang menyita perhatian nasional, antara lain penolakan pembangunan pabrik semen di Rembang, Jawa Tengah. Salah satu demostrasi yang dilakukan dengan mamasung kaki para petani dari pegunungan Kendeng di depan istana negara pada tahun 2017. Aksi tersebut juga mendapat simpati dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada tahun 2020, Maimunah menginisiasi komunitas baca untuk melatih nalar kritis tentang isu-isu perempuan dan lingkungan bernama Kolektif Ruang Baca Puan. Tidak hanya itu, di tengah pandemi covid-19 yang terjadi pada tahun 2020, Maimunah mendirikan Sekolah Literasi Ekofeminis, pendidikan berbasis online untuk memahami situasi tanah air melalui telaah literasi ekologi politik dan feminis. Hingga saat ini sekolah tersebut tetap berlangsung dengan peserta dari berbagai kalangan. Untuk melengkapi gerakannya itu, ia merintis perpustakaan online bernama Protonema (lumut) untuk memenuhi bacaan kritis berbasiskan ekofeminis.
Maimunah sering diundang menjadi pembicara baik pada forum nasional maupun internasional. Di antaranya, ia mempresentasikan makalah tentang “Aleta, Patmi & Parsiyem: Perjuangan perempuan untuk Menyelamatkan dan kepemilikan Tanah Air”, Kongres Ulama Wanita Indonesia (KUPI), 25-26 April 2018; “Ketika Genjer Mekar Terlalu Cepat: Refleksi Aktivisme sebagai Metode Penyelidikan Memahami Rezim Ekstraksi dan Krisis Agrarianya (Refleksi Aktivis atas Metode Pemeriksaan untuk Memahami Rezim Ekstraksi dan Krisis Agraria); “Tanah, Mata Pencaharian dan Perpindahan di Indonesia”, pembicara pada Konferensi Musim Gugur, 21-23 Oktober 2016; "Visibilitas Perempuan Pejuang Tanah Air" di KSI-Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (GESI), Knowledge Sector Initiatives, Jakarta, 8 Desember 2016.
Tokoh dan Keulamaan Perempuan
Dalam pengamatan Maimunah, perempuan menjadi subjek yang lebih banyak mengalami dampak buruk ekploitasi dan kerusakan alam. Sejak awal korporasi menginjakkan kaki di suatu lokasi pertambangan, perempuan tidak dilibatkan untuk berdiskusi, bahkan dalam perjalanannya hak-hak perempuan diabaikan. Padahal perempuanlah yang pertama kali merasakan dampak negatif dari awal hingga kegiatan penambangan itu berakhir sekalipun.
Ketika tambang beroperasi, air dan lahan sebagai sumber penghidungan dialihfungsikan. Hal ini mempengaruhi kualitas tanah dan air. Sedangkan perempuan memiliki kebutuhan lebih besar terhadap air yang berkualitas dalam peran-peran domestik dan reproduksinya. Misalnya ketika menstrusi, melahirkan, dan mengurus anak, tentu membutuhkan air lebih banyak. Oleh karena itu, pencemaran air berakibat langsung pada kehidupan yang dijalani perempuan. Tidak hanya itu, Maimunah juga pernah menjumpai kasus pemerkosaan di lokasi penambangan.
Berbekal segudang pengalaman advokasi itulah, Maimunah terlibat aktif dalam Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) pertama pada tahun 2017 di Cirebon. Ia memberikan banyak infomrasi dan sumbangsih ide terkait isu kesenjangan sosial akibat dari eksploitasi alam, maupun program pembangunan yang justru berdampak pada kerusakan alam. Kehadiran KUPI menurut Maimunah sangat dibutuhkan untuk melakukan kerja-kerja penyadaran sosial akan pentingnya memelihara alam demi kemaslahatan umat manusia.
Isu peran perempuan untuk mencegah pengrusakan alam serta menghentikan ketimpangan ekonomi yang terus melebar, menjadi tema yang sangat relevan. Sebab pengalaman kebutuhan perempuan tidak bisa digantikan oleh laki-laki, yang selama ini lebih banyak dijadikan rujukan dalam menentukan kebijakan pemerintah. Padahal tubuh perempuan menjadi akumulasi berbagai dampak sosial ekonomi dan lingkungan akibat pembangunan yang menjadikan alam sebagai komoditas industri.
Maimunah tetap optimis, bahwa perempuan telah membuktikan kemampuannya memimpin perjuangan untuk menyelamatkan alam. Di tengah segala hambatan dan pembatasan ruang gerak, mereka bisa memimpin gerakan penyelamatan dan pemulihan alam, seperti salah satunya yang ditunjukkan para perempuan Kendeng.
Maimunah melihat organisasi masyarakat (ormas) di Indonesia masih enggan membicarakan isu-isu lingkungan, termasuk isu pertambangan. Maimunah berharap KUPI bisa mengangkat, membicarakan, dan mempromosikan hal ini dalam konteks Islam. Kontekstualisasi problem sosial dan eksploitasi alam merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan, serta membangun argumentasi ekofeminis di Indonesia merupakan bagian Islam yang rahmatan lil alamin.[]
Penghargaan dan Prestasi
Maimunah menerima penghargaan dan menghasilkan prestasi, antara lain:
- 2018-/2022 WEGO-ITN/Marie Sklodowska Currie Fellow (Sampai Februari 2022)
- Hibah Sajogyo Institute 2016 untuk Studi Gender dan Agraria
- Meneliti Gender: Konsep dan Metode (Short Course). Universitas Anglia Timur. Yayasan Asia (TAF). 2014
- Penghargaan Indi Women oleh Telkomsel (Aktivis Penyelamat Lingkungan). 2013
- Perempuan di Tengah Perubahan Agraria dan Perlawanan Masyarakat. Sajogyo Institute – The Asia Foundation (TAF). 2013
- Poros Photography - GEF SGP. Penulisan Cerita tentang Perjuangan Masyarakat Adat Mollo. 2012
Karya-Karya
Buku yang ia tulis antara lain:
- Perempuan di Tanah Kemelut, Kompas Gramedia, 2019
- Para Penjaga Identitas, Teras Mitra, 2018
- Mollo, Pembangunan & Perubahan Iklim, KOMPAS Gramedia, 2016
- Keadilan Gender dalam Perubahan Iklim, Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI). Jakarta, 2011
- Padi Laut, Yayasan Kappala – Jogjakarta, 1997
Maimunah juga menjadi editor untuk beberapa buku, di antaranya:
- Mengubah Takdir: Kampung, Lingkar Belajar dan Perempuan. Editor bersama Rachman, NF., Larastiti, C., Hidayah, N. Institut Sajogyo. 2017
- Potret Agraria & Perempuan. Editor bersama Rachman, NF. Institut Sajogyo. Bogor. 2017
- Jejak Perubahan Iklim. Forum Masyarakat Sipil untuk Keadilan Iklim (CSF-CJI). Jakarta. 2010
Daftar Bacaan Lanjutan
- https://www.thejakartapost.com/news/2008/06/03/siti-maimunah-all-glitters-isn039t-necessarily-gold.html
- https://www.jurnalperempuan.org/tokoh-feminis/siti-maemunah-filosofi-tanah-sebagai-tubuh-perempuan-krisis-lingkungan-akibat-tambang
- https://www.jurnalperempuan.org/blog/ekofeminisme-menyoal-perempuan-dan-alam
- https://nasional.kompas.com/read/2013/04/30/11515988/~Beranda~Isu%20Wanita
- https://www.academia.edu/33236968/Aleta_Patmi_and_Parsiyem
Penulis: Isthiqonita
Editor: Nor Ismah